Friday, December 31, 2004

ACEH

Di Aceh mendadak perang dan kekejaman terhenti.
Alam seolah menunjukkan keperkasaannya, yang ratusan kali lebih dahsyat
dari imajinasi manusia...
Dan musuh pun berubah menjadi kawan yang penuh simpati
bahu membahu saling merangkul.
Gemetar oleh haru biru aransemen damai,
yang diiringi nada-nada duka

Haruskah ada bencana untuk menyadarkan bangsa ini,
bahwa saudara-saudaranya masih ada yang merintih, meratap, tak kenyang, tek bisa berlindung..

Tuhan,
Aku tak tahu harus sedih atau malu.

Kecerdasan yang kubangga-banggakan tak mampu membuatku sadar,
bahwa aku tak berharga jika tak bermanfaat bagi orang lain.
Aku masih perlu sebuah bencana dan ratusan korban nyawa, untuk menyadari itu..

Tuhan,
Aku tak tahu harus berduka atau bahagia..

bencana yang terjadi begitu dahsyat
membunuhi ribuan saudaraku, merenggut kebahagiaan ribuan lainnya.
tapi bencana yang sama juga menghidupkan
jutaan jiwa penuh belas kasih yang selama mati suri,
ditindas prasangka dan kecintaan pada dunia

Tuhan,
Aku tak tahu harus marah atau bersyukur

Entah ini bencana atau anugerah.
alam yang selama ini disiksa dan diperas menunjukkan keperkasaannya.
Entah ia sedang murka atau malah tengah mengajari kita..
tentang cinta yang sesungguhnya..

mungkin seperti seorang guru, pertiwi tengah tersenyum pada kita,
sambil memukul jemari kita dengan penggaris kayu, sekedar untuk memberitahu kesalahan kita...

ACEH

Aku lihat anak-anak menangis
Mereka mencari orangtuanya

Aku lihat anak-anak terluka
mereka terpotong, patah dan berdarah

Aku lihat anak-anak mati
Tenggelam, tertimbun, mati...

Ada apa Aceh ku?
Setelah di koyak perang
sisa-sisamu dirobek gelombang

Ada apa Indonesiaku?
Dicabik-cabik perpecahan
Terserpih oleh ketamakan
dan sisanya diremukkan oleh bencana

Ada apa pertiwiku...?
kenapa murka,
kenapa...

Aku lihat saudara-saudaraku tewas
bergelimpangan, tercerai berai
tertimpa reruntuhan, tersapu gelombang
bahkan tersangkut pepohonan..

dan aku..?
belum lagi bisa berbuat apa-apa...


ACEH

ya Allah...
apa salah kami?
mengapa adzab bertubi-tubi datang
mengapa derita bertumpuk menghampiri
mengapa petunjukMu muncul begitu pedih

Ampuni kami, ya Rahman...
Kami begitu bodoh dan lemah
Sampai kami tak tahu apa dosa kami..
dan bahkan tak mampu tunduk
Memohon ampunan Mu

kami begitu sombong dan congkak
terus menantang kesabaranMu
terus mengulangi kesalahan kami

Ampuni kami, Wahai Pemilik Semesta...
Biarkan kami mencoba sekali lagi
jangan Kau binasakan kami, ya Rahiim..
Walau mungkin balasan itulah yang layak
Bagi jiwa yang tak jua insyaf...
Bagi jiwa yang tak jua insyaf...

JANGAN PESTA...

JANGAN PESTA...
itu kataku kemarin padamu
tak perlu kukatakan alasannya
nyalakan saja tv mu,
baca koran-koran minggu ini,
lihat, dengar dan rasakan

hentikan saja keinginan untuk berhura-hura
di ujung barat nusantara
ribuan orang sekarat, mengikuti ribuan lain yang telah tewas
masihkah kau mampu tertawa gembira?
menyalakan kembang api, membunyikan terompet?
masih mau kah kau membuang ratusan ribu dalam semalam?

hentikan pesta tahun baru mu..
aku bahkan tak tahu apa yang kau rayakan...
umurmu yang berkurang setahun kah?
atau sekedar gembira berjumpa tanggal 1 januari?
ah.. itu kan terjadi setiap tahun..

lebih baik kau berhenti berhayal
duduklah diam, berdialog dengan hatimu
tanyaan padanya, apa yang seharusnya kau lakukan...

aku yakin dia akan berkata...
jangan pesta... jangan pesta...

Tuesday, December 07, 2004

KEMANA AKU MENCARIMU, TEMAN?

kemana-mana aku mencarimu
ketempat-tempat eksotik dibenua yang tak terjamah
ketempat-tempat romantis dimana cinta dibuahi
ketempat-tempat penuh kenangan yang membebani

aku terus mencarimu selama ini
ke kastil-kastil yang pantas di huni putri sepertimu
ke taman-taman dimana bunga-bunga berkembang
ke pancuran air tempat para bidadari mandi

sempat disebalik pelangi aku merasa menemukan bayanganmu
tapi ternyata tak seindah tapak kaki yang kuperangkap dalam lumpur hatiku

setiap langkah pencarianku nyaris membahagiakanku
walau sambil menyeret hati yang kelelahan berharap pada perjumpaan.
hidungku mencium-cium wangi kenangan tanpa berani menyentuhnya
aku tahu, aku tahu, teriak mereka menggodaku
dan aku bertanya tanpa suara,
tapi hanya gaungnya yang kembali dipantulkan belengguku

aku cari kemana-mana ternyata kau tak pernah pergi
justru aku yang berlalu, terus menerus menghindarimu.
kini saat pendar pesonamu sejangkauan tangan
aku malah terdiam, tanpa berani menegurmu
bahkan untuk sekedar menawarkan seteguk kenangan
yang memabukkan ...........

oh hati yang penuh pesona...
dengarkanlah senyumanku, yang masih ingin menyapamu dengan mesra..

halo apa kabar?
aku masih berada dibalik tempurungku,
sementara tempurungmu telah kau gunakan melayari samudera...
aku kehilanganmu selamanya,
hanya untuk menemukanmu selalu ada di sekat hatiku

LELAKI HARUS PUNYA

laki-laki harus punya tujuan
agar ia bisa berjalan tegak dan mengarahkan pandangannya pada dunia
laki-laki harus punya pujaan
agar ia tahu kapan harus bermanja dan kapan harus berperang
laki-laki harus punya impian
agar kata-katanya bisa dipercaya
agar cahaya matanya cukup bernyala untuk mempermalukan neraka
laki-laki harus punya harapan
agar tidak merunduk dan takut

tapi lelaki juga harus punya tempat untuk pulang
untuk menyandarkan beban di bahunya
dan mencium hangatnya kelembutan
lelaki harus selalu ingat pada ibunya....