DI ALAM MAYA
aku berkelana di alam maya
penuh dengan wanita cantik dan pria tampan
penuh dengan pesona yang tak berjangka
dalam pengelanaan yang sulit diputuskan ini
aku bertemu bermacam-macam manusia
dari yang menarik hati sampai sangat menarik hati
dari yang mengerikan sampai yang menggiriskan
berbekal doa aku mulai membaca kata demi kata
berbekal harapan aku memandangi lembar demi lembar
foto, imaji, gambar sampai film-film
aku terus berkelana dalam jaringan yang serumit rahim ibu
disekitarku kata-kata indah bergema menampakkan diri
hijaunya pepohonan kehidmatan terbalur gairah
puji-pujian untuk yang menguasai semesta bergulir indah
bagai butir-butir salju yang hanya dapat kulihat
tanpa pernah kusentuh
perjalananku melewati ratusan pintu.
pintu doa, pintu serapah, pintu ajakan, pintu perlawanan
tapi semuanya tampak menarik bagi mataku yang tak terlindungi
disekelilingku juga penuh pendaran warna
sesekali aku biarkan diriku terceranggah olehnya
menengok tubuh-tubuh lencir telanjang, malu-malu
melihat wajah-wajah berbalut maskara nafsu
serta persetubuhan abadi antara nafsu dan kekerasan
tapi terkadang aku juga bertemu teman lama
yang lebih dulu tersesat di belantara imaji itu
aku masih berkelana di alam maya
berkendara naluri yang mendapat tenaga dari keingintahuan
selangkah demi selangkah jariku menguak lapisan virtual itu
tak ada garis pembatas dalam dunia ini
garis yang mencegahku tergelincir atau tersesat
dunia yang mempesona ini terasa penuh lubang
yang siap menenggelamkanku
toh aku terus berrenang di dalamnya
berkelana seperti orang yang rindu kampung halaman
sambil berdoa agar tak kehilangan arah
aku rindu pulang
tapi ingin tahu ku membelenggu
penuh dengan wanita cantik dan pria tampan
penuh dengan pesona yang tak berjangka
dalam pengelanaan yang sulit diputuskan ini
aku bertemu bermacam-macam manusia
dari yang menarik hati sampai sangat menarik hati
dari yang mengerikan sampai yang menggiriskan
berbekal doa aku mulai membaca kata demi kata
berbekal harapan aku memandangi lembar demi lembar
foto, imaji, gambar sampai film-film
aku terus berkelana dalam jaringan yang serumit rahim ibu
disekitarku kata-kata indah bergema menampakkan diri
hijaunya pepohonan kehidmatan terbalur gairah
puji-pujian untuk yang menguasai semesta bergulir indah
bagai butir-butir salju yang hanya dapat kulihat
tanpa pernah kusentuh
perjalananku melewati ratusan pintu.
pintu doa, pintu serapah, pintu ajakan, pintu perlawanan
tapi semuanya tampak menarik bagi mataku yang tak terlindungi
disekelilingku juga penuh pendaran warna
sesekali aku biarkan diriku terceranggah olehnya
menengok tubuh-tubuh lencir telanjang, malu-malu
melihat wajah-wajah berbalut maskara nafsu
serta persetubuhan abadi antara nafsu dan kekerasan
tapi terkadang aku juga bertemu teman lama
yang lebih dulu tersesat di belantara imaji itu
aku masih berkelana di alam maya
berkendara naluri yang mendapat tenaga dari keingintahuan
selangkah demi selangkah jariku menguak lapisan virtual itu
tak ada garis pembatas dalam dunia ini
garis yang mencegahku tergelincir atau tersesat
dunia yang mempesona ini terasa penuh lubang
yang siap menenggelamkanku
toh aku terus berrenang di dalamnya
berkelana seperti orang yang rindu kampung halaman
sambil berdoa agar tak kehilangan arah
aku rindu pulang
tapi ingin tahu ku membelenggu
0 Comments:
Post a Comment
<< Home