Saturday, February 11, 2012

Pesan untuk Raditya


Namamu Matahari, nak. itu bukan sekedar gagah-gagahan saja. Banyak doa dalam namamu.

menurut papamu yang bodoh ini, nak. Tujuan hidup manusia harusnya adalah memberi jalan bagi orang-orang di sekelilingnya untuk meningkatkan tingkat hidup mereka, hingga bisa memancarkan cahaya yang akan menerangi juga sekeliling mereka. Seperti matahari.

Tidak perlu selalu cari aman, nak. Jangan pula terus berkutat dengan kebanggaan kecil seperti jabatan, pangkat, dan posisi, yang cuma mengindikasikan bahwa kamu masih dibawah kekuasaan orang lain.

Jangan juga menyombongkan keberhasilan menciptakan sesuatu. Sesungguhnya itu berarti merendahkan orang-orang di sekitarmu, yang pasti punya andil membantumu.

Jadi saja dirimu sendiri, nak.. nikmati hidup, dan selalu pilih menjadi yang paling berguna buat sekitarmu.

Pesanku untukmu nak, Jadilah matahari seperti namamu.

Terangi dunia dengan sinarmu, biarkan orang-orang memanfaatkan sinarmu untuk menunjukkan dirinya, sebab kau tak akan kurang bercahaya karena itu.

Jangan jadi rembulan, nak, yang hanya berani keluar malam. Jangan hanya berani bersinar saat tak ada sinar yang lain dan menyombongkan diri jadi yang paling terang ketika tak ada saingan yang setanding.

Apalagi, nak, jangan pernah menyombongkan diri dengan cahaya pinjaman dari siapapun.

Jadilah matahari, nak, seperti namamu.

Naiklah tinggi ke langit, dan biarkan cahayamu memperlihatkan keindahan alam dan orang-orang disekitarmu. Gunakan cahayamu memunculkan warna-warna mereka, kilau mereka, dan keceriaan mereka.

Bersahabatlah dengan Bayangan, anakku, walau mereka ada hanya karena kau. Sebab bayangan tidak menegasikan keberadaanmu sebagai cahaya, tapi justru memberi penekanan pada bilur bilur sinarmu.

nak, Matahari tak pilih kasih. Ia tak curang membagikan sinarnya.

Walau tak memimpin, matahari menunjukkan arah. Walau tak mengikuti, matahari memberi tenaga. Walau tak terlihat, matahari tetap membagikan cahayanya, lewat rembulan maupun kerlip kunang kunang.

Namamu Matahari, nak. itu bukan sekedar gagah-gagahan saja. Banyak doa dalam namamu.Kelak jadilah matahari, seperti namamu...

Friday, December 30, 2011

malam tanpamu

Ah angin malam ini mengingatkanku padamu. Begitu sejuk, begitu lembut.
Ah angin malam ini jg mengusap rambutku seperti kamu.
Menggigilkan.

Aku lantas menyeru kedalam gulita angkasa,
Wahai... Kemana engkau pergi?
jawabannya adalah keheningan.
Seberkas cahaya yg kusangka kamu, ternyata hanya rembulan

Kesedihan pun merayap perlahan kedalam hatiku,
memenuhi setiap sudut yg kau tinggalkan.
Apa ini rasanya kecewa?
Atau hanya pendaran rindu untukmu?

Malam masih hening. Teriakanku tak mengganggunya.
angin pun seperti belati yg membuka kembali luka lama.
Jeritanku tertahan dihati.
Penyesalan ternyata lebih nyeri dari luka.

Memandang langit malam mendung, seperti mengamati matamu hari itu.
Hitam kelam tapi penuh harapan akan hujan.

selamat hari ibu

Setiap kuterbangun, kutatap titik-titik cahaya yang mengawali fajar. dan disanalah mereka. Para sempurna yg membuatku merana.
Terus terang, aku cemburu pada malaikat yg bercahaya dan bersayap. Bahkan tanpa senyumpun mereka tetap indah. Kenapa mereka punya semua?

Wahai ... hanya para pencinta yang tahu. Cemburu itu bisa lebih menyiksa dari luka. Dan aku terus menerus cemburu pada mereka. Pedihnya luka ini, menguliti kewarasanku, perlahan.

Aku menunduk, tapi mataku nyalang. Cemburu dendam didada tak mau pergi. Sampai suatu pagi, dimusim penghujan, aku mengerti.
Di penghujung sebuah tahun, saat matahari tak muncul penuh, seberkas sinar yang terlepas dari tabir awan menerangiku. Memberi jawaban.
aku punya sesuatu yang hebat, yang tak mereka punya. Ibu.

Peluk cium cinta untukmu ibu. Dimanapun kau berada. Kasihmu lebih nyata dari semua malaikat di surga.

Monday, August 16, 2010

selamat ulang tahun, Indonesia

Peduli amat pada orang-orang yang mencercamu
yang malu menyandang namamu
persetan dengan mereka...
memangnya mereka sudah berusaha memperbaiki dirimu?

Aku mendengar orang-orang pintar mengeritik kondisimu.
Mereka bilang kau lemah, kau busuk, dan hanya tinggal hancur.
Mereka putuskan menolak membantumu dengan ilmu mereka
entah karena takut, merasa tak mampu,
atau malu sudah membiarkanmu menderita terlalu lama.
Persetan kalian! tahukah ilmu yang kalian dapat itu darimana?
Subsidi dari hasil bumi sang pertiwi.
Taukah kenapa kalian mendapat ilmu itu?
Untuk membawa kesejahteraan! membangun!
bukan sekedar sok pintar dan mengumpulkan uang untuk keluargamu...

Aku juga dengar orang-orang bermartabat berkata
Mereka malu menyandang namamu
Mereka lebih suka melekatkan label impor sambil memakai topeng mereka.
Dengan jumawa mereka menutup mata, bahwa kerusakan ini sebagian juga karya mereka.
bisa saja kalian merasa jadi lebih bermartabat dengan caranya,
tapi aku bilang; kalian tak berharga!
hanya seperti negara pencuri yang mengaku-ngaku sebagai pemilik.
bagai kacang lupa pada rahim pembungkus yang memungkinkannya tumbuh.

Aku pernah juga mendengar kekesalan orang-orang yang lemah
Mereka patah asa dan memutuskan untuk menampikmu
Mereka lekatkan segala yang busuk pada namamu, hanya karena kecewanya
Mereka marah karena dunia tak sesuai mau mereka..
Aku katakan satu haluntuk mereka;
Hei, dunia memang tak adil.
Berhentilah menangis dan mulai bergerak..!!

Aku juga pernah mendengar para politisi dan pencari kekuasaan.
berkoar-koar seolah telah berhasil menyentuh hatimu dan mengobati lukamu.
Mereka tak malu-malu mengeruk kering kantungmu untuk kebohongan mereka.
Mereka berlagak bak dewa yang menyelesaikan persoalan,
padahal sehari-hari mereka membolos,
rapat pun mereka tidur!

mereka tahu apa..
aku selalu percaya padamu, pada kekuatanmu dan pada potensimu.
aku selalu ingat, bahwa di satu masa aku berjanji padamu...
janji yang cukup untuk membangkitkan asa, kapanpun aku kecewa.
Janji yang mampu menguatkan langkah bahkan saat aku jatuh berkali-kali
Janji yang mengikat hatiku untuk selalu bangga padamu

aku masih mengingat janji-janjiku.
dan akupun masih ingat betapa aku mencintaimu.

didit

Friday, August 06, 2010

pipit kecil

Seekor pipit kecil melihat elang jawa menggelayut malas di angkasa
sayapnya terbentang lebar merentang
dibawahnya ratusan pipit terpuruk sembunyi
ketakutan pada sang raja burung angkasa
seekor pipit kecil menatap nanar ke angkasa
ia bermimpi menjadi elang

seekor burung pipit bermimpi menjadi elang
ia ingin punya sayap sehasta
yang bisa mengangkatnya ke angkasa
ia ingin punya cakar setajam gigi harimau
yang bisa menyobek semua penghalangnya
ia ingin bisa melihat dari balik gemawan
dan menerjang badai tanpa terhempas
ia ingin semua hewan buas lari saat berjumpanya

sesaat khayalan menguasai
mengajaknya terbang dalam langit-langit angan
kemudian dia merasa kelelahan dan kesepian
sungguh sunyi terbang sendiri tak berkawan

sang pipit masih memandang iri pada sang elang
tapi hanya sekilas saja, ia lantas kembali bermain
mencari pucuk-pucuk padi yang telah penuh
bermain petak umpet dengan gerombolan anak petani
melompat-lompat bersukaria bersama


sekarang pipit kecil telah mengerti
elang mungkin perkasa dan jumawa
tapi hidupnya selalu kesepian dan sendirian
pipit tak mau menjadi seperti itu

seekor pipit kecil lalu tersenyum kembali
ia memandang ke langit dan terpesona
seekor pipit kecil itu ingin menjadi bidadari

didit 7 Agustus 2010

bidadari

Wednesday, July 28, 2010

mencari hati pewaris pelangi

Dan sang mawar tertunduk malu..
Bertahun ia menahan diri,
tak mau menunjukkan merah kelopak bunganya
Sambil menanti hati pewaris pelangi
Yang hanya muncul setelah hujan..
Sekarang baru ia tahu,
Sang pemilik hati juga tengah menantinya
Menyebarkan wangi, Membuka diri dan menunjukkan warnanya
Sang pelangi bahkan tak pedulijika warna-warnanya mulai pudar oleh senja
Sebab ia sudah punya ribuan warna yang cukup untuk mereka berdua

didit

Tapi apakah warna-warni mu cukup untuk kita hidup?
Sang mawar yang ragu menegur sang pelangi
Cukup, dan bahkan berlebih, jika kita memilih untuk hidup
Sang pelangi tersenyum diatas ungu, dan sang mawar pun tertunduk malu

Monday, June 21, 2010

kota yang sempurna

Kota hanya untuk mereka yang sempurna...
Wanita yang ramping tinggi mempesona
Pria yang tampan, putih dan pandai bicara
Tersisihlah mereka yang papa, buruk rupa dan tak pandai berkata-kata
Pergilah dari kota, sebab kota hanya untuk yang sempurna
Gedung-gedung tinggi selalu penuh cermin
Didalam dan diluar, personifikasi sempurna kesombongan
Agar para sempurna bisa berkaca dan memamerkan giginya

Sepatu berkilat melangkah di Lantai yang cerah sempurna
Membuat mata silau dan memaksa wajah terus tengadah
Sementara di sudut-sudut gedung
Di sisi toilet nan wangi, para pembersih bersembunyi
Mereka yang membuat lantai bening dan dinding marmer tak berdaki
Mereka terpaksa merunduk, takut terlihat para eksekutif berdasi
Para pekerja yang membuat semua rapi
tersisih seolah tak berarti

Kota terus tersenyum pada barisan eksekutif dengan jas dan pantalonnya
Mengangkat dada, dan tersenyum bangga
Mereka melangkah tanpa peduli siapa yang terinjak
Langkah mereka yang lebar dipandu anak-anak tangga yang landai
Sementara dibelakangnya terseok-seok para pekerja
Membersihkan kekotoran yang disisakan para sempurna

Ditepian kota ribuan kelompok tersisih
Sebagian dari mereka penyandang cacat, baik fisik, pendidikan, mental
Atau sekedar cacat koneksi
Mereka merenungi kekurangan mereka
Berkontemplasi dengan kesadarannya yang muncul dengan sendirinya,
Bahwa kota tak menyediakan simpatinya bagi mereka

Kota yang berusaha menjadi tempat bagi hanya para sempurna..
Mereka lupa, bahwa para sempurna hanya bisa jadi jumawa karena yang lainnya
Kelompok yang tidak sempurna dan rela membantu mereka
Kota sempurna yang hanya berisi para sempurna, tak akan jadi sempurna
Dan jika pun ada, siapa yang mau bekerja disana?

Bogor, 22 juni 2010
Selamat ulang tahun Jakarta


Bayangkan kalau satu hari saja tak ada pekerja kasar
Maka kesempurnaan yang kalian jaga tak akan berarti
Maka mulailah saling menghargai
Sebab tak ada kelebihan tanpa kekurangan.
dan tak ada kebahagiaan tanpa kesedihan.

Dan tak ada kesempurnaan.....

Monday, June 07, 2010

Detak Puisi

puisi kembali berdetak-detak dikepalaku,
seperti denyut jantung yang memberi ku tenaga dan kehidupan.
alirannya berdenyar,
sesaat maknanya menyusup di saluran darahku.
Maka berkatalah dia, berulang-ulang seperti mantra;

berpuisilah untukku... untuk hidupmu...

Sejatinya hidup adalah puisi terindah
yang tiap nadanya menyebar wangi
yang tiap rima nya memberi cahaya
dan tiap bunyi didalamnya memicu pengertian kita

dan berteriaklah selagi puisi menguasai kepala
berdetak-detak seperti sebuah jam dinding
mengukur waktu yang tersisa bagi kebebasan hati..

lalu,
pelan-pelan kewarasan kembali menguasai kepalaku.
sekali lagi, kupalingkan diriku pada dunia.
dunia fana yang penuh suara.. entah apa
toh... dalam diriku
di sudut-sudut sepi tempat sang hati bersembunyi
puisiku masih berdetak-detak..
menunggu waktunya kembali


Depok, 7 Juni 2010

jejak

apakah tapak kakiku akan meninggalkan jejak di pasir pantai-pantai yang kudatangi?
ataukah kenangannya akan hilang saat ombak datang?
apapun yang terjadi, aku pernah berada di sana.
Mungkin tak terlihat, tapi memorinya tak akan hilang.

Dan saat aku manapakkan langkahku di dunia ini, akankah aku dikenang?
atau aku hanya akan menjadi butiran pasir,
yang hanya mengingat-ingat kejadian tanpa mengalami.
yang hanya pasrah memenuhi panggilan ombak,
dan melupakan siapa diri sebenarnya..

Depok, 26 mei 2010