Wednesday, June 15, 2005

KEMAUANMU

seberapa besar kemauanmu? seberapa besar kuasamu atas keinginanmu?
kekuasaan yang kau anggap kau punya mungkin hanya mimpi.
jangan-jangan kamu hanya hamba dari harapan orang lain yang ditanamkan padamu.
lewat sugesti yang bernama media dan sosialisasi.
lewat mesin hipnotis besar bernama adat dan istiadat.

apa tak mungkin apa yang kita kejar, harapkan dan inginkan sebenarnya hanya gema dari dahaga dan cita-cita orang di sekeliling kita.
jangan-jangan impianmu hanya cloning dari impian orang tua dan lingkunganmu.
yang diinjeksikan lewat jarum suntik raksasa, bernama pendidikan dan kebiasaan.
jangan-jangan yang kita anggap kebenaran hanyalah ekses; dari imbas nurani yang cetak biru aslinya hanyalah hasil diskusi masyarakat, yang mengeras dan berakar, bertahun tahun membatu di hati..

berkarat...

Tuesday, June 14, 2005

SEBUAH KATA

keresahan yang lara menyakiti sukma,
ternyata bermuara pada sebuah kata,
bagai sebilah sembilu,
bagai seraut pasak menancap di hatiku.

kelemahan yang merah hijaukan jiwa,
ternyata berawal dari sebuah kata,
yang seperti pisau memotong-motongku
dan seolah karang, memecahkan debur ombak semangatku.

sebuah kata...
aku merindukan itu darimu.
sebuah kata yang mengijinkan ku mengharapkanmu lagi,
mengharapkanmu lebih...
mengharapkanmu selalu.

biarkan kata itu menerpa ku
agar keterkejutan menerimanya sebanding dengan beban kegembiraan yang diakibatkannya.

Sunday, June 12, 2005

JANGAN BERSEDIH

(tolong katakan pada adikku faiz)

ini memang negara kita,
negara dimana mobil mobil berharga milyaran nyawa berseliweran
tapi anak-anak tetap busung lapar, mati... kelaparan..
ini memang negara alengka,
sang raja dan para mentri punya segalanya untuk hidup mewah,
sementara rakyatnya bahkan tak mampu mati dengan layak

tapi tolong jangan dulu bersedih,
sebab sedih tak menyelesaikan masalah.

memang ini negara kita,
negara yang punya minyak, kayu, berlian, timah dan batubara
tapi masih berhutang seharga ribuan kepala.
memang ini negara rahwana,
ditanah yang bisa menumbuhkan bunga dari batu, mengalirkan madu dari duri,
banyak orang tak mampu makan, banyak orang tak bisa makan...

tapi tolong jangan putus asa,
sebab tanpa harapan... sia-sialah semua usaha...

jakarta, sepulang dari pulau para dewa

ini memang negara rahwana, dimana sri rama pun berbuat curang..
membohongi rakyat agar dia bisa merebut sang shinta..
rahwana dengan sepuluh wajah tak menyembunyikan kekejamannya,
tapi sri rama yang diharapkan malah menyimpan cakar dibalik senyuman.

Wednesday, June 01, 2005

AH

Kenapa mata tak jua bisa mengetam pengetahuan dengan penglihatan yang dianugerahkan. Kenapa telinga tak jua bisa menangkap nasihat alam yang jelas jelas meneriakkan keberadaannya. Kenapa rasa tak jua merengkuh kehangatan yang disebarkan semerbak makrifat dipelukan bumi maya ini. Kenapa kesadaran tak jua mencapai batasan yang diangankan oleh imajinasiku. Kenapa tak jua ku sentuh batasan khayal itu yang kukira telah terlampaui. Wajarkah kalau aku terus melangkah tanpa kepastian akan tujuan yang kuarah?

METAMORFOSA

hari ini aku putuskan menulis puisi buat temanku.
dia sedang gundah,
kesetiaan membuatnya serba salah
harus lega atau gulana,


wahai jika udara bisa memilih
ia akan tetap berada ditempatnya..
menggumpal memberikan nafas pada kehidupan,
mengaliri dedaunan hingga akar,
tetap setia pada rerumputan

tapi toh udara pun tak mampu memilih
ia terpaksa hanyut pada tekanan cuaca
menjadi angin, semilir
mengalir..
menjadi badai, mengamuk
menghanyut...

wahai udara yang dibutuhkan
dimana pun berada, udara adalah udara..
ia tetap membawa hidup di nadinya
ringan menyegarkan rongga tenggorokan
keras membersihkan kotoran dipusaran mantra dunia

wahai...

seperti udara,
pecapaian membutuhkan pengorbanan,
hati, rasa, cita, kepasrahan, perjuangan..
seperti udara,
pencerahan dibutuhkan semua orang
perubahan, perkembangan, pencarian, penjelmaan,
seperti udara,
metamorfosa tak mampu dicegah
bahkan oleh manusia..