Friday, December 30, 2011

malam tanpamu

Ah angin malam ini mengingatkanku padamu. Begitu sejuk, begitu lembut.
Ah angin malam ini jg mengusap rambutku seperti kamu.
Menggigilkan.

Aku lantas menyeru kedalam gulita angkasa,
Wahai... Kemana engkau pergi?
jawabannya adalah keheningan.
Seberkas cahaya yg kusangka kamu, ternyata hanya rembulan

Kesedihan pun merayap perlahan kedalam hatiku,
memenuhi setiap sudut yg kau tinggalkan.
Apa ini rasanya kecewa?
Atau hanya pendaran rindu untukmu?

Malam masih hening. Teriakanku tak mengganggunya.
angin pun seperti belati yg membuka kembali luka lama.
Jeritanku tertahan dihati.
Penyesalan ternyata lebih nyeri dari luka.

Memandang langit malam mendung, seperti mengamati matamu hari itu.
Hitam kelam tapi penuh harapan akan hujan.

selamat hari ibu

Setiap kuterbangun, kutatap titik-titik cahaya yang mengawali fajar. dan disanalah mereka. Para sempurna yg membuatku merana.
Terus terang, aku cemburu pada malaikat yg bercahaya dan bersayap. Bahkan tanpa senyumpun mereka tetap indah. Kenapa mereka punya semua?

Wahai ... hanya para pencinta yang tahu. Cemburu itu bisa lebih menyiksa dari luka. Dan aku terus menerus cemburu pada mereka. Pedihnya luka ini, menguliti kewarasanku, perlahan.

Aku menunduk, tapi mataku nyalang. Cemburu dendam didada tak mau pergi. Sampai suatu pagi, dimusim penghujan, aku mengerti.
Di penghujung sebuah tahun, saat matahari tak muncul penuh, seberkas sinar yang terlepas dari tabir awan menerangiku. Memberi jawaban.
aku punya sesuatu yang hebat, yang tak mereka punya. Ibu.

Peluk cium cinta untukmu ibu. Dimanapun kau berada. Kasihmu lebih nyata dari semua malaikat di surga.