Wednesday, June 30, 2004

SEUTAS KETAKUTAN

seutas keraguan melintas dihatiku
temali kecurigaan ini mengikatku erat
apakah aku disisikan atau tak sengaja terlupakan?
bukti-demi bukti yang disajikan persepsiku
terjalin menjadi utasan tali keraguan
ribuan benang-benang lembut keputusasaan turut terpilin
membentuk jala yang memerangkapku dalam prasangka
apakah aku disisikan atau sekedar terlupakan?

apakah Kau melupakanku?
atau hanya aku yang terus menjauh dari Mu..
ketakutanku ditinggalkanmu membelengguku
menjeratku ke tanah gersang keputusasaan.

PAGI HATIMU

pagi meretas diujung hari
tapi ternyata fajarnya tak mampu hangatkan hati
embun bening yang mengalir di sudut matamu
mengusikku, dalam keheningan suasana.
tangisan malam itu karenaku

maaf, kusampaikan maafku setulus ku mampu
kumohon pagi ini bisa menyejukkan kita kembali
agar saat mentari sepenggalah kita masih berdua
agar saat senja menjelang kita tetap duduk bersama
menyaksikan alam meninggalkan kelamnya malam
memandangi fajar-fajar baru yang muncul
dan kemilaunya matahari muda yang baru bangun
dipantulkan butir-butir embun

semoga kali lain embun itu disertai senyuman
yang juga disebabkan olehku

KUINGIN DEKAT DENGANMU

sebodoh apakah sungai yang mampu menghancurkan karang
tapi tetap menolak menghanyutkan lumut yang menempel di bebatuan?
sebodoh apakah hujan yang ditunggu-tunggu oleh lautan
tapi tetap memutuskan untuk turun dipegunungan?
sebodoh apakah rembulan yang dikejar-kejar kemilau matahari
dan memilih berdekatan dengan gemintang dimalam hari?

mungkin sebodoh itulah kecintaanku padamu,
mungkin sebodoh itu aku yang selalu ingin dekat denganmu

Monday, June 28, 2004

MATAHARIKU

matahariku baru bersinar saat kau tiba
satu persatu pesonanya menembusi hatiku
sinar matamu, hangat tubuhmu, cerah senyummu,
matahariku mengusir rembulan yang menggayuti mimpi-mimpiku
dengan tawanya, dengan lagaknya, dengan kerlingannya

kini aku tahu kaulah matahariku yang sebenarnya

lama aku terbuai oleh pantulan sang rembulan
yang mencerahkan malam-malamku dengan ilusinya
menipuku dengan delusi keindahan
lama aku hanya ditemani rembulan
dibius pesonanya yang mampu terangi malam
pada titik tergelapku

tapi kini aku tahu engkaulah matahariku

engkau yang mampu bahkan mengusir kegelapan di sekitarku
memberikan cahaya, tanpa berpura-pura menerangi
memberikan kehangatan, tanpa perlu mencuri dari api
memberikan keceriaan dan keberanian padaku,
bahkan tanpa mengganggu lautan hati dengan pasang surutmu

MAAF

hitamnya bulir mata yang bagaikan jelaga
serbuk serbuknya menembusi batin yang meretas
tercemar gelapnya jelaga yang basah oleh airmata

kata maaf yang aku sampaikan sebatas suara
penyesalan yang sesungguhnya bagai bibit-bibit beban dihatiku
yang tumbuh, berkecambah,
mengulur batang-batang kesedihan keluar dari selongsongnya
bersama-sama tanganku mengulurkan daun-daun permohonan
menjangkau maafmu

maaf, mungkin merahnya maaf bisa mencederaiku
mencemari saling pengertian yang kita bangun dengan susah payah
batu demi batu, tumpuk demi tumpuk, disusun setinggi hati
untuk melindungi kesadaran kita dari ketersinggungan
yang menyakiti inti hati

maaf, mungkin merahnya membasuh sesalku
mengeringkan luka-luka yang terkoyak dihatimu
dan menyatukan kembali pembuluh-pembuluh cinta
yang telah sempat terkoyak

hitam matamu sehitam rambutmu
tapi telaga didalamnya tetap jernih
dan tak henti mengerti aku
terimakasih untukmu, padamu dan bagimu
Alhamdulillah....

Thursday, June 24, 2004

SEBODOH APA ?

kita dilengkapi perangkat berkemampuan seluas samudera
yang kemampuannya sejangkau cakrawala
dengannya kita bisa melakukan semua,
dengannya kita bisa memaknai segala sesuatu,
dengannya kita nyaris tak punya keterbatasan.
para ilmuwan menyebut perangkat hebat ini; otak

kita dilengkapi pengukur paling terpercaya
yang keadilannya setara dengan kebenaran
dengannya kita mampu membedakan salah dan benar,
dengannya kita mampu memisahkan hak dan kewajiban
dengannya kita bisa memilih yang terbaik
alim ulama menamai pengukur sakti ini; hati

kita dilengkapi pendorong paling perkasa
yang kekuatannya mampu mengubah dunia
dengannya kita mampu gerakkan dunia,
dengannya kita mampu capai prestasi tertinggi,
dengannya kita bisa melampaui keputusasaan
kita memantrainya motivasi tertinggi ini; nafsu

dan sebagai pelengkap dari Sang Maha Pengasih
kita diberikan dua penunjuk arah sejelas matahari,
kata-kata Nya dan tingkah laku Utusannya.

tapi kita, ternyata masih sering kehilangan tujuan kita

manusia memang harusnya bahagia, tapi bukan berbangga
kita memang dibuat nyaris sempurna;
tapi seperti tukang kayu memainkan harpa,
walau ada nada belum mampu ciptakan musik

Thursday, June 10, 2004

PELANGI

pelangi selalu membuatku ragu
saat aku tak mampu membedakan batas biru dan hijau
batas kenyataan yang mampu kulihat tapi tak dapat kusentuh

Pelangi selalu mengejutkanku
disaat aku merasa keindahan dunia sudah padam
warna-warnanya selalu memesonaku

aku suka merahnya, yang memimpin spektrum warna paling bercahaya
aku suka birunya, yang berpendar cantik diangkasa
tapi aku paling suka pada jingga
yang senantiasa membawa keceriaan penuh renungan

ujung-ujung pelangi yang menyimpan seguci emas menyentuh bumi
tapi bagiku masih lebih berharga lengkungan berwarna
yang serupa senyuman...



buat pelangi jingga yang tulisannya sering memberiku inspirasi.
..
Aku baru menemukan pelangi
yang lebih suka melambai di ujung-ujung pepohonan
daripada mengangkasa bersama gelombang awan

Tuesday, June 08, 2004

TAK MAMPU LAGI

puisi seperti menolak menggetarkan sukma ini
deretan kata-kata indah hanya berlalu dalam sepi yang kualami
tak lagi ada pendaran yang mencahayakan mata ini

aku mungkin belum layak untuk terbang kedalam cahaya sempurna mu
tapi biasanya aku bisa merasakan pendarannya
di hati, di jiwa, di sukma
ruh ku seperti terpatri pada paparan statis yang kita sebut dunia ini
tak lagi berdetak bersama putaran bumi
tak lagi bernyanyi bersama warna-warni sunyi

mungkin, aku tak mampu lagi bercinta lewat susunan huruf
atau tak lagi dapat merasakan gelora jiwa dan riak hati
lewat sebuah puisi

Thursday, June 03, 2004

MELUPAKANMU

belum lagi mampu menyapa mu
aku sudah harus mengaku apa yang tak ku bisa
mungkin kau memang terlalu kompleks bagiku
maafkan aku kasih atas alpa ku
yang belum juga mampu membaca hatimu
mungkin aku memang tak miliki apa yang kau mau

merah birumu tak lagi menyala dimataku,
akupun sudah terbiasa dengan hitam rambutmu,
toh warna-warnimu masih menutupi seluruh mata hatiku

aku tak mengerti apa yang kau inginkan,
aku bahkan tak tahu apa yang kau maksud,
sebab setiap bersamamu kata-kata seperti mencair
telingaku hanya mendengar detak jantungku memanggil-manggil namamu
mataku hanya menangkap gerak bibirmu yang melukisi perasaanku

maafkan aku yang masih belum mengertimu,
seperti semua wanita, kau adalah misteri
yang mungkin terlalu rumit untuk kupecahkan.

hujamkan belati kesepianmu ke hatiku, kasih
mungkin dengan sakitnya rindu akan membuatku mengerti kau
atau paling tidak aku kan mati, dan akhirnya bisa melupakanmu.