Tuesday, November 28, 2006

PENAKUT HIDUP LEBIH LAMA

Sang pemberani bersimbah darah, dia mati dalam kebanggaan
sementara sang pengecut berdiri menggigil di sudut, tapi hidup!
mana yang kau pilih?
mati dengan bangga atau hidup menyembunyikan asa?

sang pemberani meneriakkan pendapatnya, dan putus lehernya tertebas pedang
sang penakut menuliskan gagasannya diam-diam di dinding jantungnya
dan berdoa; semoga masih sempat mewariskannya...
mana yang kau pilih?
mati bangga atau hidup dalam harapan?

pedang tak bermata dalam genggaman algojo tak bertelinga
waktu tak akan peduli berapa lama kamu hidup
yag terhitung adalah karya dan pernyataan yang kau sampaikan.
jadi apakah kau pilih menjadi martir yang berteriak?
bukankah kehidupan memungkinkan sang penakut berbuat lebih banyak, lebih lama?

PENGECUT

aku masih saja menulis kata-kata
padahal seharusnya sudah kuteriakkan

tapi aku tak berani.

bermulut manis berusaha mencari senyuman,
atau sekedar tepukan di bahu dan pengakuan sebagai teman.
aku memang pengecut,
padahal aku tahu ada yang benar dan ada yang salah
tapi selalu terasa lebih aman bermandikan cahaya abu abu

aku memang pengecut.

aku berani berkomentar, tapi hanya saat aku yakin tak bermasalah
aku menolak mengkritik orang, karena aku tak mau di kritik
aku terpaksa pura-pura setuju, agar tak terusir dari komunitasku

kapan aku berani berkata-kata?
dan bukan hanya mencoret-coret nada.
itupun yang tersembunyi di balik tirai.

ah.. aku mau berhenti jadi orang munafik....

.

akhirnya saya terpaksa memakai sepatu kulit untuk kerja.
menyebalkan saat kita terpaksa merebahkan prinsip
dan mengkafaninya dengan penyerahan

Sunday, November 19, 2006

BUK!

saat aku mengalami sebuah kesialan yang membuatku sedih
mulai kudengarkan lagu-lagu bernada sedih
mengiringi airmata yang kurasakan perlahan mengaliri pipiku
aku buat diriku menjadi lebih sedih dari seharusnya..

lalu aku coba mencari cari alasan untuk tidak menyukai keadaanku sekarang
aku karang-karang kesedihan dan pengalaman yang tak menyenangkan yang aku alami
aku reka-reka segala ketidakberuntungan yang aku pernah rasakan
setelah itu aku merasa cukup sedih
aku lalu merintih agar terlihat pantas aku menanggung beban berat
yang tiba tiba kurasakan selalu mengikutiku kemanapun aku pergi

buk!
sebuah pukulan lagi menimpaku
buk!
dan aku terhempas gagal dalam kehidupan
buk!
sebuah lagi beban ditimpakan padaku
sampai akupun memutuskan aku adalah orang paling sengsara didunia
aku pikir semua kesengsaraan telah menghantamku dengan keras...

tapi pukulan sesungguhnya di hatiku baru menghantamku ketika aku beranjak pulang
dikereta api tumpanganku kutemukan orang-orang yang mampu menghantamkan pukulan telak tepat di hatiku..

mereka adalah para pengasong yang bercanda gurau walau badan belepotan peluh,
tak peduli beratnya asongan mereka.
mereka adalah keluarga yang berbaju compang-camping tapi bergumul senyum
karena rebutan sekantong tahu,
mereka adalah pekerja bergaji rendah yang kelelahan,
tapi masih saling sahut lelucon sambil bermain gaple di lantai kereta

buk!
sampai di rumah hatiku kembali terhantam.
kutemukan anak-anak dengan senyuman tercantik di dunia
binar mata riang yang polos
kutemukan sambutan hangat dan sorot mata teduh menentramkan
suara mengalun istriku menghanyutkanku dalam kedamaian.

buk!
akupun jatuh tersungkur.. hati ini tunggang langgang karena malu,
kenapa tak juga bersyukur..


kusadari dalam renungan terakhir sebelum berdoa mengucap syukur
saat aku berpikir hanya tentang aku, hanya aku..,
hatiku pepat, bebanku terasa berat.
aku tertimpa sedih, aku tertimpa mara, aku tertimpa sengsara
setiap berpikir hanya tentang aku, hatiku menjerit terbebani.

tapi saat ku buka hatiku dan memandang orang lain, dunia sekitar,
hatiku menjeritkan rasa syukur.
apalagi saat kusadari ayat-ayat Allah ada dimana mana.
tergantung di cacat para pengemis
tersemat di dagangan para pengasong
tersampir di kaki tangan para buruh bergaji kecil

saat itu, aku tak lagi berpikir tentang diriku,
dan aku tak lagi cemas, gundah, sedih atau marah,

aku hanya merasa bersyukur....