Monday, June 21, 2010

kota yang sempurna

Kota hanya untuk mereka yang sempurna...
Wanita yang ramping tinggi mempesona
Pria yang tampan, putih dan pandai bicara
Tersisihlah mereka yang papa, buruk rupa dan tak pandai berkata-kata
Pergilah dari kota, sebab kota hanya untuk yang sempurna
Gedung-gedung tinggi selalu penuh cermin
Didalam dan diluar, personifikasi sempurna kesombongan
Agar para sempurna bisa berkaca dan memamerkan giginya

Sepatu berkilat melangkah di Lantai yang cerah sempurna
Membuat mata silau dan memaksa wajah terus tengadah
Sementara di sudut-sudut gedung
Di sisi toilet nan wangi, para pembersih bersembunyi
Mereka yang membuat lantai bening dan dinding marmer tak berdaki
Mereka terpaksa merunduk, takut terlihat para eksekutif berdasi
Para pekerja yang membuat semua rapi
tersisih seolah tak berarti

Kota terus tersenyum pada barisan eksekutif dengan jas dan pantalonnya
Mengangkat dada, dan tersenyum bangga
Mereka melangkah tanpa peduli siapa yang terinjak
Langkah mereka yang lebar dipandu anak-anak tangga yang landai
Sementara dibelakangnya terseok-seok para pekerja
Membersihkan kekotoran yang disisakan para sempurna

Ditepian kota ribuan kelompok tersisih
Sebagian dari mereka penyandang cacat, baik fisik, pendidikan, mental
Atau sekedar cacat koneksi
Mereka merenungi kekurangan mereka
Berkontemplasi dengan kesadarannya yang muncul dengan sendirinya,
Bahwa kota tak menyediakan simpatinya bagi mereka

Kota yang berusaha menjadi tempat bagi hanya para sempurna..
Mereka lupa, bahwa para sempurna hanya bisa jadi jumawa karena yang lainnya
Kelompok yang tidak sempurna dan rela membantu mereka
Kota sempurna yang hanya berisi para sempurna, tak akan jadi sempurna
Dan jika pun ada, siapa yang mau bekerja disana?

Bogor, 22 juni 2010
Selamat ulang tahun Jakarta


Bayangkan kalau satu hari saja tak ada pekerja kasar
Maka kesempurnaan yang kalian jaga tak akan berarti
Maka mulailah saling menghargai
Sebab tak ada kelebihan tanpa kekurangan.
dan tak ada kebahagiaan tanpa kesedihan.

Dan tak ada kesempurnaan.....

Monday, June 07, 2010

Detak Puisi

puisi kembali berdetak-detak dikepalaku,
seperti denyut jantung yang memberi ku tenaga dan kehidupan.
alirannya berdenyar,
sesaat maknanya menyusup di saluran darahku.
Maka berkatalah dia, berulang-ulang seperti mantra;

berpuisilah untukku... untuk hidupmu...

Sejatinya hidup adalah puisi terindah
yang tiap nadanya menyebar wangi
yang tiap rima nya memberi cahaya
dan tiap bunyi didalamnya memicu pengertian kita

dan berteriaklah selagi puisi menguasai kepala
berdetak-detak seperti sebuah jam dinding
mengukur waktu yang tersisa bagi kebebasan hati..

lalu,
pelan-pelan kewarasan kembali menguasai kepalaku.
sekali lagi, kupalingkan diriku pada dunia.
dunia fana yang penuh suara.. entah apa
toh... dalam diriku
di sudut-sudut sepi tempat sang hati bersembunyi
puisiku masih berdetak-detak..
menunggu waktunya kembali


Depok, 7 Juni 2010

jejak

apakah tapak kakiku akan meninggalkan jejak di pasir pantai-pantai yang kudatangi?
ataukah kenangannya akan hilang saat ombak datang?
apapun yang terjadi, aku pernah berada di sana.
Mungkin tak terlihat, tapi memorinya tak akan hilang.

Dan saat aku manapakkan langkahku di dunia ini, akankah aku dikenang?
atau aku hanya akan menjadi butiran pasir,
yang hanya mengingat-ingat kejadian tanpa mengalami.
yang hanya pasrah memenuhi panggilan ombak,
dan melupakan siapa diri sebenarnya..

Depok, 26 mei 2010